A. Tidak terjadi fertilisasi maka sel ovum akan mengalami
MENSTRUASI yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan
dinding endometrium yang robek. Terjadi secara periodik/sikus. Mempunyai
kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya.
Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase Menstruasi yaitu peristiwa
luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding
endometrium yang robek. Dapat diakbiatkan juga karena berhentinya sekresi
hormone estrogen dan progresteron sehingga kandungan hormone dalam darah
menjadi tidaka ada.
2. Fase Proliferasi/fase
Folikuler ditandai dengan menurunnya hormone progesteron sehingga memacu
kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam
ovarium, serta dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone
estrogern yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat
menghambat sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
3. Fase Ovulasi/fase
Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14
sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel
aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk
menghasilkan hormone progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding
endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
4. Fase pasca
ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan
menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat
sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan
FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding
endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek.
Terjadilah fase pendarahan/menstruasi.
Gambar Siklus mentsruasi
B.Terjadi FERTILISASI yaitu peleburan antara
sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan menghasilkan zygote. Zygote
akan menempel/implantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang menjadi
embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi.
Janin akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10
hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran.
Tahapan waktu dalam fertilisasi :
1. Beberapa jam setelah
fertilisasi zygote akan membelah secara mitosis menjadi 2 sel, 4, 8, 16 sel.
2. Pada hari ke-3 atau ke-4
terbentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula akan berkembang menjadi
blastula. Rongga balstosoel berisi cairan dari tuba fallopi dan membentuk
blastosit. Lapisan dalam balstosit membentuk inner cell mass. Blastosit
dilapisi oleh throhpoblast (lapisan terluar blastosit) yang berfungsi untuk
menyerap makanan dan merupakan calon tembuni/plasenta/ari-ari. Blastosit akan
bergerak menuju uterus dengan waktu 3-4 hari.
3. Pada hari ke-6 setelah
fertilisasi throphoblast akan menempel pada dinding uterus/proses implantasi
dan akan mengeluarkan hormone HCG (hormone Chorionik gonadotrophin). Hormon ini
melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormone progesteron dan estrogen
sehingga mencegah menstruasi.
4. Pada hari ke-12 setelah
fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding uterus.
5. Dilanjutkan dengan fase
gastrula, yaitu hari ke-21 palsenta akan terus berkembang dari throphoblast.
Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio. Lapisan dinding embrio inilah yang
akan berdiferensisai menjadi organ-organ tubuh. Organ tubuh aka berkembang
semakin sempurna seiring bertambahnya usia kandungan.
gambar perkembangan ovum setelah fertilisasi
Hormon yang berperanan dalam kehamilan
1. Progesteron dan
estrogen, merupakan hormone yang berperanan dalam masa kehamilan 3-4 bulan pertama
masa kehamilan. Setelah itu fungsinya diambil alih oleh plasenta. Hormone
estrogen makin banyak dihasilkan seiring dengan bertambahnya usia kandungan
karena fungsinya yang merangsang kontraksi uterus. Sedangkan hormone
progesterone semakin sedikit karena fungsinya yang menghambat kontraksi uterus.
2. Prolaktin merupakan hormone yang
disekresikan oleh plasenta dan berfungsi untuk memacu glandula mamae untuk
memproduksi air susu. Serta untuk mengatur metabolisme tubuh ibu agar janin
(fetus) tetap mendapatkan nutrisi.
3. HCG (Hormone Chorionic
Gonadotrophin) merupakan hormone untuk mendeteksi adanya kehamilan. Bekerja
padahari ke-8 hingga minggu ke-8 pada masa kehamilan. Hormon ini ditemukan pada
urine wania pada uji kehamilan.
4. Hormon oksitosin merupakan hormone yang
berperan dalam kontraksi uterus menjelang persalianan.
Hormon yang berperanan dalam kelahiran/persalinan
1. Relaksin merupakan
hormone yang mempengaruhi peregangan otot simfisis pubis
2. Estrogen merupakan
hormone yang mempengaruhi hormone progesterone yang menghambat kontraksi
uterus.
3. Oksitosin merupakan
hormone yang mempengaruhi kontraksi dinding uterus.
PENGATURAN KELAHIRAN Prinsip
Kontrasepsi dalam Reproduksi
Bertujuan untuk mencegah bertemunya sel sperma dengan sel ovum, sehingga tidak
terjadi fertilisasi. Macam cara dalam kontrasepsi adalah :
1. Sistem kalender yaitu
dengan memperhatikan masa subur wanita.
2. Secara hormonal yaitu
menghambat/menghentikan proses ovulasi.
3. Kimiawi yaitu dengan
menggunakan zat-zat kimia. Seperti spermatosida untuk pria, vaginal douche
untuk wanita.
4. Mekanik yaitu dengan
menggunakan alat-alat kontrasepsi.
5. Sterilisasi yaitu dengan
membuat setrilorgan-organ reproduksi bagian dalam. Seperti vasektomi untuk pria
dan tubektomi untuk wanita.
Konsep Laktasi (Menyusui)
Ilustrasi Menyusui
Ilustrasi Menyusui
Laktasi merupakan bagian integral dari daur reproduksi
manusia. Laktasi di bawah kontrol hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin.
Hal ini dipengaruhi oleh proses pengisapan bayi dan emosi ibu (Bobak, 2000).
Prolaktin merangsang sel-sel epitel alveoli untuk membuat ASI yang dikenal
dengan refleks prolaktin, sedangkan oksitosin menyebabkan kontraksi mioepitel
yang melapisi alveoli sehingga ASI bisa mengalir ke duktus, ini dikenal dengan
refleks oksitosin atau let down reflex.
Laktasi berlangsung di bawah kontrol sejumlah glandula
endokrin terutama hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin. Peningkatan dan
pemeliharaan laktasi pada manusia dibedakan paling tidak dengan tiga faktor :
Struktur anatomi dari glandula mammae dan perkembangan
alveoli, duktus dan nipple (puting susu).
Permulaan dan pemeliharaan ekskresi air susu.
Pancaran pengeluaran air susu atau dorongan air susu dari
alveoli ke puting susu.
Sintesis ASI di dalam alveoli merupakan proses yang kompleks
yang akan melibatkan empat mekanisme sekresi yaitu eksositosis, sintesis dan
transfer lemak, sekresi ion dan air, serta transfer immunoglobin dan jaringan
ekstra seluler. Setelah lahir, inhibisi atau hambatan sintesis ASI oleh
plasenta menjadi hilang dan kadar progesteron dalam darah ibu akan menurun
dengan cepat setelah bayi lahir. Antara 30 – 40 jam terjadi perubahan komposisi
ASI dengan cepat, antara lain dengan adanya peningkatan sintesis laktosa
sehingga menyebabkan volume ASI juga terus meningkat karena laktosa adalah
komponen osmotik ASI yang paling aktif (Bobak, 2000; Akre, 1994).
Mekanisme Laktasi (Menyusui)
Mekanisme laktasi atau menyusui dipengaruhi oleh tiga
refleks maternal yang utama yaitu : Prolaktin, ereksi nipple dan refleks let
down (Bobak, 2000)
1. Prolaktin
Prolaktin ialah suatu hormon peptide yang diproduksi oleh
pituitari anterior. Prolaktin merupakan hormon kunci untuk menginisiasi dan
mempertahankan sekresi ASI. Adanya reseptor pada puting susu, apabila
dirangsang dengan isapan bayi akan menimbulkan impuls yang dikirim ke nervus
vagus dan dilanjutkan ke hypotalamus. Hipotalamus merangsang pituitari anterior
untuk mengeluarkan prolaktin yang menyebabkan produksi ASI oleh alveoli mammae
(Bobak, 2000).
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI
tetap berlangsung.
2. Ereksi Nipple
Stimulus pada puting susu yang disebabkan oleh isapan mulut
bayi menimbulkan ereksi nipple. Stimulus membuat puting susu lebih menonjol.
Refleks ereksi nipple membantu dalam propulsion (dorongan) air susu keluar
melalui sinus-sinus laktiferus kearah lubang puting susu.
3. Let Down
Pancaran air susu dari alveoli dan aliran air susu terjadi
sebagai hasil pancaran air susu atau disebut refleks let down. Timbulnya
stimulus isapan pada hipothalamus akan meningkatkan pengeluaran oksitosin dari
pituitari posterior. Kontraksi dari sel-sel muscleike (seperti otot) ini
menyebabkan air susu terdorong melalui sistem saluran dan masuk ke sinus-sinus
laktiferus dan memungkinkan bayi untuk menyusui.
Tanda keberhasilan let down gampang dikenal dengan pemberian
ASI. Refleks let down adalah karakteristik dengan adanya perasaan sensasi yang
menimbulkan perasaan adanya tarikan atau memeras dari dalam. Faktor-faktor yang
meningkatkan refleks let down adalah jika ibu melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sebaliknya faktor-faktor
yang dapat menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung
(pikiran kacau, takut, cemas). Keadaan emosi dan psikologik ibu mempengaruhi
sikap ibu dalam menyusui.